Peringatan Nuzulul Qur’an
Peringatan Nuzulul Qur’an, Bid’ah atau Sunnah?
Salah satu kemuliaan bulan Ramadhan karena pada bulan ini, Allah menurunkan Al Quran melalui malaikat Jibril kepada Nabiullan Muhammad SAW. Hal ini, dijelaskan oleh Firman Allah dalam Al Qur’an; “Bulan Ramadhan yang diturunkan di dalamnya Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). (QS. Al Baqarah:185)
Di ayat yang lain, Allah menegaskan bahwa Al Qur’an diturunkan pada suatu malam yang mulia. “Sesungguhnya kami menurunkannya pada Lailatul-qadr, dan tahukah kamu apa Lailatul-qadr itu? Lailatul-qadr itu lebih baik dari seribu bulan. (QS. Al Qadr:1-3)
Ayat-ayat di atas menegaskan kepada kita betapa kemulian bulan Ramadhan dan Al Qur’an. Selain itu, ayat ini juga menjadi dalil bagi sebagian kaum muslimin untuk mengadakan peringatan Nuzulul Al Qur’an (hari turunnya Al Qur’an) pada setiap tanggal 17 Ramadhan, dengan berbagai rutinitas, seperti; zikir dan doa bersama, tahlilan, barasanji, serta berbagai rutinitas lainnya. Bagi mereka, rutinitas itu diadakan sebagai ungkapan syukur dan kecintaan mereka terhadap Al Qur’an.
Nuzulul Qur’an
Namun, timbul pertanyaan, apakah peringatan Nuzulul Al Qur’an itu biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW beserta sahabatnya, serta para salafussaleh sebagai generasi terbaik, serta apakah Al Qur’an diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan? Pertanyaan ini perlu sebab jangan sampai kita terjatuh pada perbuatan bid’ ah, yakni perbuatan dalam agama yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dan mengetahui hari diturunkannya Al Qur’an berdasarkan Al Qur’an dan Hadits.
Menurut, para ulama, bahwa peringatan Nuzulul Al Qur’an sebagaimana yang sering dilakukan oleh kaum muslimin sekarang ini, tidak pernah di contohkan oleh Rasulullah SAW, sahabat berserta salafussaleh. Padahal, mereka sangat cinta terhadap Al Qur;an. Namun, kecintaan mereka diaktualisasikan dan diungkapkan dengan rajin membaca, mempelajari, menelaah serta mengamalkan Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, tanggal 17 Ramadhan yang diperingati sebagai Nuzulul Al Qur’an, juga tidak mempunyai dalil dan dasar, baik dalam Al Qur’an, maupun dalam hadits yang shahih. Padahal, dalam berbagai perbuatan dan amalam umat Islam, yang berhubungan dengan ibadah harus bersumber dari Al Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW.
Pada ayat di atas tadi, dijelaskan bahwa Al Qur’an diturunkan pada malam Lailatul qadr. Sedangkan, dibanyak hadits shahih dijelaskan bahwa sesungguhnya malam Lailatul qadr itu diturunkan di malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir.
Salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim Rasulullah SAW bersabda; “Sesungguhnya, Lailatul qadr itu turun pada malam-malam ganjil pada sepuluh malam terakhir di Ramadhan” (HR. Muttafaqun’alaihi). Hadits ini menegaskan bahwa, sangat mustahil Al Qur’an diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan sebagaimana yang sering diperingati kaum muslimin sebagai hari Nuzulul Qur’an.
Berdasarkan dalil-dalil baik dari Al Qur’an dan sabda Rasulullah SAW, maka seharusnya kaum muslimin, tidak lagi mengadakan berbagai rutinitas untuk memperingati Nuzulul Al Qur’an. Selain perbuatan tersebut, termasuk perbuatan bid’ah, karena tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Hari peringatan tersebut, juga tidak sesuai dengan dalil, sebab Al Qur’an tidak diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan, melainkan pada malam-malam ganjil di sepuluh Ramadhan terakhir.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW mensunnahkan kepada umatnya untuk i’tikaf di masjid pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. I’tikaf ini dilakukan untuk memperbanyak membaca Al Qur’an, memperbanyak doa, serta ibadah lainnya kepada Allah SWT. Sebab, siapa saja yang beribadah pada malam Lailatul qadr, maka ibadahnya lebih baik dari seribu bulan.
Fungsi Al Qur’an
Sesungguhnya hakekat kecintaan umat Islam terhadap Al Qur’an, ialah dengan membaca, mempelajari serta mengamalkan Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Al Qur’an, tidak hanya sekadar kitab suci bagi umat Islam. Akan tetapi, Al Qur’an harus menjadi pedoman hidup dalam kehidupan beragama dan masyarakat.
Oleh sebab itu, Al Qur’an sebagai kitab suci, yang diturunnkan oleh Allah Azza Wajallah di muka bumi ini, yang tidak hanya diperuntuhkan bagi umat Islam, tetapi juga bagi seluruh umat manusia. Salah satu tujuan dan fungsinya adalah sebagai petunjuk bagi manusia. Hal ini ditegaskan Allah dalam Firmannya di surat Al Baqarah: 185 sebagaimana yang telah di sebutkan di atas.
Sebagai petunjuk, maka Al Qur’an berisi hal-hal yang mengarahkan manusia menuju jalan keselamatan. Tidak hanya, dalam kehidupan dunia, tetapi juga kehidupan di akhirat, yang kekal dan abadi. Keselamatan hidup ini hanya akan didapatkan, jika, Al Qur’an dijadikan sebagai pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai kerusakan yang terjadi di muka bumi, akibat semakin jauhnya umat manusia, terutama umat Islam dari pengamalan nilai-nilai Al Qur’an. Hal ini, berimplikasi terhadap kerusakan moral, yang ditandai dengan merajalelanya perbuatan maksiat, seperti; perbuatan zina, homoseks, pencurian perampokan, korupsi, dan berbagai kemaksiat lainnya, yang sudah membudaya di tengah-tengah masyarakat.
Padahal, jika umat manusia menjadikan Al qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Manusia akan jauh dari perbuatan-perbuatan tercela, yang dapat mendatangkan murkanya Allah, baik di dunia berupa bencana alam yang silih berganti, serta berbagai penyakit yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya, seperti; penyakit AIDS akaibat perbuatan zina.
Sedangkan, di akhirat pelaku-pelaku kemaksiatan itu akan dapat siksaan akibat dari perbuatannya. Siksa itu disesuaikan dengan kadar pelanggaran yang dilakukan oleh orang tersebut. Sesungguhnya, Allah Azza Wajallah akan membalas perbuatan mereka akibat kelalaian, serta jauhnya mereka dari Al Qur’an, Padahal, Al Qur’an selain sebagai petunjuk, Al Qur’an juga berfungsi sebagai pembeda, antara perbuatan yang baik, dan perbuat yang buruk.
Betapa mulia dan agung Al Qur’an , yang begitu besar manfaatnya bagi manusia, yang senantiasa menjadikannya sebagai pedoman hidup. Oleh karena itu, Allah SWT menjaga Kemurnian dan kemuliaan Al Qur’an dari tangan-tangan jahil manusia. Sebagaimana, yang ditegaskan dalam firman Allah SWT; “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al Hijr:9). Kemurnian Al Qur’an ini, sekaligus membedakannya dengan kitab lain, seperti; Taurat, Zabur, serta Injil, yang tidak asli lagi karena telah diubah oleh pemeluknya.
Penjagaan Allah terhadap Al Qur’an semakin menambah keyakinan kaum muslimin untuk membaca, mempelajari dan mengamalkannya. Membaca dan mengamalkan Al Qur’an dalam kehidupan sehari sebagai bentuk aktualisasi dan bukti kecintaan terhadap Al Qur’an. Ini yang seharusnya dibudayakan di tengah-tengah kaum muslimin, bukan peringatan-peringatan dalam bentuk rutinitas, yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Apatah lagi, di bulan suci Ramadhan seharusnya menjadi momentum bagi umat Islam untuk kembali kepada Al Qur’an. Dengan memperbanyak membaca, , mengkaji Al Qur’an, serta menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Sehingga, di setiap nafas kita dapat berpegang teguh terhadap Al Qur’an, sesuai perintah Allah dalam Al Qur’an; “Dan berpegang teguhlah kamu pada tali Allah (Al Qur’an) dengan bersama-sama dan jangan berpecah belah”. (QS. Ali Imran: 103). Wallahu a’lam.
Diposting oleh boerts_islam di 17:41
Salah satu kemuliaan bulan Ramadhan karena pada bulan ini, Allah menurunkan Al Quran melalui malaikat Jibril kepada Nabiullan Muhammad SAW. Hal ini, dijelaskan oleh Firman Allah dalam Al Qur’an; “Bulan Ramadhan yang diturunkan di dalamnya Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). (QS. Al Baqarah:185)
Di ayat yang lain, Allah menegaskan bahwa Al Qur’an diturunkan pada suatu malam yang mulia. “Sesungguhnya kami menurunkannya pada Lailatul-qadr, dan tahukah kamu apa Lailatul-qadr itu? Lailatul-qadr itu lebih baik dari seribu bulan. (QS. Al Qadr:1-3)
Ayat-ayat di atas menegaskan kepada kita betapa kemulian bulan Ramadhan dan Al Qur’an. Selain itu, ayat ini juga menjadi dalil bagi sebagian kaum muslimin untuk mengadakan peringatan Nuzulul Al Qur’an (hari turunnya Al Qur’an) pada setiap tanggal 17 Ramadhan, dengan berbagai rutinitas, seperti; zikir dan doa bersama, tahlilan, barasanji, serta berbagai rutinitas lainnya. Bagi mereka, rutinitas itu diadakan sebagai ungkapan syukur dan kecintaan mereka terhadap Al Qur’an.
Nuzulul Qur’an
Namun, timbul pertanyaan, apakah peringatan Nuzulul Al Qur’an itu biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW beserta sahabatnya, serta para salafussaleh sebagai generasi terbaik, serta apakah Al Qur’an diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan? Pertanyaan ini perlu sebab jangan sampai kita terjatuh pada perbuatan bid’ ah, yakni perbuatan dalam agama yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dan mengetahui hari diturunkannya Al Qur’an berdasarkan Al Qur’an dan Hadits.
Menurut, para ulama, bahwa peringatan Nuzulul Al Qur’an sebagaimana yang sering dilakukan oleh kaum muslimin sekarang ini, tidak pernah di contohkan oleh Rasulullah SAW, sahabat berserta salafussaleh. Padahal, mereka sangat cinta terhadap Al Qur;an. Namun, kecintaan mereka diaktualisasikan dan diungkapkan dengan rajin membaca, mempelajari, menelaah serta mengamalkan Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, tanggal 17 Ramadhan yang diperingati sebagai Nuzulul Al Qur’an, juga tidak mempunyai dalil dan dasar, baik dalam Al Qur’an, maupun dalam hadits yang shahih. Padahal, dalam berbagai perbuatan dan amalam umat Islam, yang berhubungan dengan ibadah harus bersumber dari Al Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW.
Pada ayat di atas tadi, dijelaskan bahwa Al Qur’an diturunkan pada malam Lailatul qadr. Sedangkan, dibanyak hadits shahih dijelaskan bahwa sesungguhnya malam Lailatul qadr itu diturunkan di malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir.
Salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim Rasulullah SAW bersabda; “Sesungguhnya, Lailatul qadr itu turun pada malam-malam ganjil pada sepuluh malam terakhir di Ramadhan” (HR. Muttafaqun’alaihi). Hadits ini menegaskan bahwa, sangat mustahil Al Qur’an diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan sebagaimana yang sering diperingati kaum muslimin sebagai hari Nuzulul Qur’an.
Berdasarkan dalil-dalil baik dari Al Qur’an dan sabda Rasulullah SAW, maka seharusnya kaum muslimin, tidak lagi mengadakan berbagai rutinitas untuk memperingati Nuzulul Al Qur’an. Selain perbuatan tersebut, termasuk perbuatan bid’ah, karena tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Hari peringatan tersebut, juga tidak sesuai dengan dalil, sebab Al Qur’an tidak diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan, melainkan pada malam-malam ganjil di sepuluh Ramadhan terakhir.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW mensunnahkan kepada umatnya untuk i’tikaf di masjid pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. I’tikaf ini dilakukan untuk memperbanyak membaca Al Qur’an, memperbanyak doa, serta ibadah lainnya kepada Allah SWT. Sebab, siapa saja yang beribadah pada malam Lailatul qadr, maka ibadahnya lebih baik dari seribu bulan.
Fungsi Al Qur’an
Sesungguhnya hakekat kecintaan umat Islam terhadap Al Qur’an, ialah dengan membaca, mempelajari serta mengamalkan Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Al Qur’an, tidak hanya sekadar kitab suci bagi umat Islam. Akan tetapi, Al Qur’an harus menjadi pedoman hidup dalam kehidupan beragama dan masyarakat.
Oleh sebab itu, Al Qur’an sebagai kitab suci, yang diturunnkan oleh Allah Azza Wajallah di muka bumi ini, yang tidak hanya diperuntuhkan bagi umat Islam, tetapi juga bagi seluruh umat manusia. Salah satu tujuan dan fungsinya adalah sebagai petunjuk bagi manusia. Hal ini ditegaskan Allah dalam Firmannya di surat Al Baqarah: 185 sebagaimana yang telah di sebutkan di atas.
Sebagai petunjuk, maka Al Qur’an berisi hal-hal yang mengarahkan manusia menuju jalan keselamatan. Tidak hanya, dalam kehidupan dunia, tetapi juga kehidupan di akhirat, yang kekal dan abadi. Keselamatan hidup ini hanya akan didapatkan, jika, Al Qur’an dijadikan sebagai pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai kerusakan yang terjadi di muka bumi, akibat semakin jauhnya umat manusia, terutama umat Islam dari pengamalan nilai-nilai Al Qur’an. Hal ini, berimplikasi terhadap kerusakan moral, yang ditandai dengan merajalelanya perbuatan maksiat, seperti; perbuatan zina, homoseks, pencurian perampokan, korupsi, dan berbagai kemaksiat lainnya, yang sudah membudaya di tengah-tengah masyarakat.
Padahal, jika umat manusia menjadikan Al qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Manusia akan jauh dari perbuatan-perbuatan tercela, yang dapat mendatangkan murkanya Allah, baik di dunia berupa bencana alam yang silih berganti, serta berbagai penyakit yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya, seperti; penyakit AIDS akaibat perbuatan zina.
Sedangkan, di akhirat pelaku-pelaku kemaksiatan itu akan dapat siksaan akibat dari perbuatannya. Siksa itu disesuaikan dengan kadar pelanggaran yang dilakukan oleh orang tersebut. Sesungguhnya, Allah Azza Wajallah akan membalas perbuatan mereka akibat kelalaian, serta jauhnya mereka dari Al Qur’an, Padahal, Al Qur’an selain sebagai petunjuk, Al Qur’an juga berfungsi sebagai pembeda, antara perbuatan yang baik, dan perbuat yang buruk.
Betapa mulia dan agung Al Qur’an , yang begitu besar manfaatnya bagi manusia, yang senantiasa menjadikannya sebagai pedoman hidup. Oleh karena itu, Allah SWT menjaga Kemurnian dan kemuliaan Al Qur’an dari tangan-tangan jahil manusia. Sebagaimana, yang ditegaskan dalam firman Allah SWT; “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al Hijr:9). Kemurnian Al Qur’an ini, sekaligus membedakannya dengan kitab lain, seperti; Taurat, Zabur, serta Injil, yang tidak asli lagi karena telah diubah oleh pemeluknya.
Penjagaan Allah terhadap Al Qur’an semakin menambah keyakinan kaum muslimin untuk membaca, mempelajari dan mengamalkannya. Membaca dan mengamalkan Al Qur’an dalam kehidupan sehari sebagai bentuk aktualisasi dan bukti kecintaan terhadap Al Qur’an. Ini yang seharusnya dibudayakan di tengah-tengah kaum muslimin, bukan peringatan-peringatan dalam bentuk rutinitas, yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Apatah lagi, di bulan suci Ramadhan seharusnya menjadi momentum bagi umat Islam untuk kembali kepada Al Qur’an. Dengan memperbanyak membaca, , mengkaji Al Qur’an, serta menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Sehingga, di setiap nafas kita dapat berpegang teguh terhadap Al Qur’an, sesuai perintah Allah dalam Al Qur’an; “Dan berpegang teguhlah kamu pada tali Allah (Al Qur’an) dengan bersama-sama dan jangan berpecah belah”. (QS. Ali Imran: 103). Wallahu a’lam.
Diposting oleh boerts_islam di 17:41
Tidak ada komentar:
Posting Komentar