Rabu, 04 Februari 2009

PANITIA RENOVASI/PEMBANGUNAN
MESJID“NURUL HUDA”
_______________________________________________________________
Kp। Cibango Rt 01/06 Ds. Bojong Kec. Pameungpeuk Kab. Garut Jawa Barat 44175 HP 085223307992 (Mukhrom), 081320042957 (Saleh)



Nomor : 01/08/Nurul Huda/II/2009
Lampiran : 1 (satu) Lembar
Perihal : Mohon Bantuan


Kepada Yth,
Bapak/Ibu/saudara/i
Dan Para Dermawan
Di
Tempat

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjunan Nabi besar Muhammad SAW.
Dalam rangka membina dan mengembangkan ukhuwah Islamiyah serta untuk memakmurkan mesjid, dengan hal ini semakin bertambahnya jema’ah. Oleh karena itu atas nama jemaah Masjid Nurul Huda akan membangun/merenopasi Masjid Nurul Huda.
Kami mengetuk hati Bapak/Ibu/Saudara/I dan para dermawan untuk sudi kiranya menyisihkan sebagian hartanya untuk disumbangkan demi terwujudnya pembangunan.renovasi Masjid Nurul Huda.
Dengan anggaran biaya Rp/ 90.000.000,- (sembilan puluh juta rupiah), dana yang tersedia hasil swadaya masyarakat Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) untuk mempercepat penyelesaian, kami mengharapkan keridhoayan infak,sodaqoh dari Bapak/Ibu/Saudara/I dan para dermawan.
Hanya kepada Allah kami memohon semoga segala kebaikan diterima sebagai amal soleh serta dibalas dengan balasan yang setimpal. Teriring do’a Jazaa Kumulloohu Khoiron Katsiiron.




PROPOSAL

RENOVASI/PEMBANGUNAN MESJID“NURUL HUDA”



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

I. MUQODDIMAH

Dengan memanjatkan Puja dan Syukur kehadirat Ilahi Robbi yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada manusia dengan akal sehat. Sholawat eserta salam, semogaselalu terlimpah atas Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya dan para Shohabatnya yang telah diutus membawa ajaran Al-Qur'an sebagai pedoman hidup manusia. Selanjutnya, membina dan menciptakan satu generasi Islam bukan pekerjaan yang mudah, tapi diperlukan proses yang lama disamping aspek material yang jumlahnya banyak, perlu ketekunan dan kesabaran dalam mentransformasikan nilai-nilai sehingga menjadi nilai yang membumi dan nyata, bukan sekedar nilai yang bergerak dari mulut kemulut, sebab Islam itu sendiri adalah Agama yang menekankan sikap dan perilaku yang harmonis. Logis kalau Allah SWT meningkatkan kwalitas orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan, sebab agama itu sendiri dilahirkan bagi orang-orang yang berakal, tidak ada agama bagi mereka yang hilang akalnya. Melestarikan Syari'at (ajaran) dan kepedulian terhadap terciptanya generasi yang berilmu, dan kehadirannya menjadi satu kebutuhan yang tidak bisa dihindari, sebab melalui lembaga seperti ini, setiap generasi akan menemukan jati dirinya untuk meneruskan Syari'at Islam di muka bumi ini dan mengumandangkan nilainilai kebenaran menurut ajaran Islam. Dan untuk merealisasikan niat tersebut maka harus ada sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaannya. Mesjid adalah tempat yang memadai karena Mesjid merupakan tempat suci untuk beribadah dan sarana umat Islam yang diharapkan lewat Jama'ah Mesjid dan Jama'ah Pengajian akan lahir manusia kuat keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. " Barang siapa yang membangun Mesjid karena mengharap Ridho Allah SWT, yang didalamnya diingat (disebut) nama Allah SWT, maka Allah akan membangun rumah untuknya di Surga "(HR. Ibnu Majjah dan Ibnu Hibran r.a)

A. Latar Belakang

Arus globalisasi yang merambah berbagai penjuru dunia, telah menciptakan kemudahan-kemudahan hidup bagi manusia, sekaligus membawa dampak buruk berupa penetrasi budaya tertentu yang dominan terhadap budaya lain. Kemudahan hidup yang dirasakan masyarakat diantaranya kemudahan akses informasi yang didukung oleh teknologi informasi yang memungkinkan akses informasi dari berbagai pelosok dunia dalam waktu yang sangat cepat, sehingga sekat-sekat jarak dan batas teritorial dirasakan semakin berkurang.

Di sisi lain, derasnya arus informasi ini telah menciptakan sebuah kondisi sosial anomali yang ditandai oleh pergeseran nilai-nilai budaya setempat yang semakin termarginalisasi, akibat hegemoni budaya asing. Eksesnya di antaranya berupa perkembangan sifat permisif terhadap perilaku menyimpang, hedonisme, pragmatisme, dan sikap cinta dunia yang berlebihan di kalangan masyarakat, yang pada gilirannya mempengaruhi nilai keyakinan religius masyarakat setempat.

B. Peran Masjid di Tengah Umat

Ketika Rasullullah SAW dan para sahabatnya hijrah dari Mekah ke Madinah, beliau singgah di suatu tempat yang bernama Quba, di sana beliau membangun sebuah masjid yang diberi nama Masjid Quba. Demikian juga, saat sampai di Madinah, beliau membangun Masjid Nabawi. Ini menyiratkan bahwa masjid bagi kaum muslimin memiliki kedudukan yang penting.

Arti pentingnya masjid bagi kaum muslimin dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Masjid sebagai sarana pembina iman bagi kaum muslimin.

Di zaman Rasulullah SAW, masjid menjadi sarana untuk memperkokoh iman para sahabatnya. Di samping itu, masjid juga digunakan para sahabat sebagai sarana peribadatan dan mengkaji ajaran Islam.

Allah berfirman :
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, dan hari kemudian, serta tetap mendirikan Shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut ( kepada siapa pun ) selain Allah. Maka , merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” ( QS. At-Taubah : 18 )

2. Masjid sebagai sarana memperkuat Ukhuwah Islamiyah.

Masjid merupakan tempat berkumpulnya anggota masyarakat untuk dibina menjadi masyarakat yang islami. Dengan pembinaan masyarakat melalui masjid itulah kaum muslimin menjadi terpaut hatinya kepada masjid , dan membuat kaum muslimin menjadi hati-hati agar tidak melakukan kesalahan, serta tidak berani menyimpang dari kebenaran.

3. Majid sebagai sarana Tarbiyah.

Masjid sebagai tempat tarbiyah atau pendidikan, dan pembinaaan kaum muslimin. Dengan adanya tarbiyah, insya Allah kaum muslimin memiliki wawasan dan penguasaan ajaran Islam yang baik, sehingga dapat membedakan yang hak dan yang batil

C. Visi

Dengan membangun mesjid, dan menggunakan mesjid itu sesuai dengan syariat, Insya Allah akan terwujud masyarakat muslim yang berakhlak mulia ( Akhlakul Karimah ), sejahtera lahir dan batin dalam ikatan Ukhuwah Islamiyah, sehingga dapat menjadi rahmatan lil a’lamin.

D. Misi

Untuk mencapai tujuan tersebut, kami memiliki misi sebagai berikut.

1. Memberikan bimbingan dan pembinaan pada jamaah untuk meningkatkan pemahaman agama
Islam
2. Memberikan pelayanan untuk keperluan-keperluan ritual agama Islam.
3. Membina jamaah agar memiliki akhlakul karimah.
4. Mengupayakan kesejahteraan jamaah baik secara material maupun spiritual.
5. Menfasilitasi jamaah dalam kajian-kajian keislaman, terutama menyangkut isu-isu
kontemporer untuk menangkal pengaruh buruk budaya asing yang tidak sesuai

E.Tujuan

Tujuan dari proposal ini tidak lain adalah mengajak para muhsinin untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dengan menginfaqkan dan mensodaqohkan sebagian hartanya untuk digunakan pembangunan Masjid Nurul Huda.

F. Penutup

Dengan mengucapkan bissmillah, seraya mengharap limpahan karunia serta ridla Allah SWT, kami bertekad dan merapatkan barisan untuk merealisasikan Renovasi/pembanguan Masjid Nurul Huda yang kehadirannya sangat dibutuhkan oleh komunitas muslim yang tinggal di RT. 01 , RW.06, Kampung Cibango, Desa Bojong, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat 44175. Untuk tujuan tersebut, kami, panitia pembangunan Mesjid Nurul Huda membutuhkan bantuan baik moril maupun materil dari sesama warga muslim baik yang tinggal di Garut, maupun di kota-kota lainnya, termasuk yang bermukim di luar negri. Semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT, dan menjadi amal soleh sebagai investasi kita untuk memperoleh rumah di surga Al-Janah seperti yang dijanjikanNya. Amin, ya Robbala’lamin.

SUSUNAN PANITIA
RENOVASI/PEMBANGUNAN MESJID NURUL HUDA

Pelindung : Kepala Desa Bojong
Penasehat I : Ketua MUI Desa Bojong
Penasehat II : Sesepuh Mesjid
Penanggung Jawab I : Ketua DKM
Penanggung Jawab II : Ketua RW 13

Panitia Pelaksana
Ketua : makmur S.Pd
Sekretaris : Masum
Bendahara : E. Ahdan

Bidang-Bidang
Dana/Humas : Iib Ibrahim
Anggota - Nonos
- Odin
- Dede
- Palah
- Majid
- Madin
- Aceng Nawapi S
Pengawas : Eron S

ANGGARAN BIAYA
RENOVASI/PEMBANGUNAN MESJID NURUL HUDA

No. Jenis Pekerjaan
1Dana yang terkumpul Rp. 7.000.000,-
2. Pekerjaan Pelaksanaan
- Pekerjaan Tanah Rp. 7.000.000,-
- Pekerjaan Pondasi Rp. 8.000.000,-
- Pekerjaan beton struktur Rp. 25.000.000,-
- Pekerjaan dingding & pelesteran Rp. 16.000.000,-
- Pekerjaan kusen Rp. 6.000.000,-
- Pekerjaan atap Rp. 4.000.000,-
- Pekerjaan lantai keramik Rp. 5.500.000,-
- Pekerjaan Lemburan Rp. 3.500.000,-
- Pekerjaan lemburan lain-lain Rp. 8.000.000,-
Jumlah 90.000.000,-

PANITIA RENOVASI/PEMBANGUNAN

MESJID“NURUL HUDA”





INFAQ dan SHODAQOH
BISA DISAMPAIKAN LANGSUNG ATAU MELALUI

BANK BRI
NO. REKENING 077101007526533
atas nama Aceng Nawapi Saleh

BNI SYARIAH
No REKENING: 0113582683
atas nama Aceng Nawapi Saleh


____________________________________________________

MEMPERINGATI ISRO MI’RAJ

Peringatan Isra’ Mi’raj Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam

Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat dan salam tetap terlimpahkan kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya. Amma ba’du…

Tidak diragukan lagi bahwa Isra’ - Mi’raj merupakan salah satu tanda dari Allah yang menunjukkan kebenaran Rasul-Nya Muhammad saw dan keagungan kedudukannya di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Juga membuktikan bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Tinggi diatas semua makhluk-Nya.

Firman Allah Ta’ala (artinya): "Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat". (Al-Isra’ :1).
Diriwayatkan secara mutawatir dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau telah dimi’rajkan (dinaikkan) ke langit dan dibukakan bagi beliau pintu-pintunya, hingga sampailah beliau ke langit yang ke tujuh. Kemudian Allah memfirmankan kepada beliau apa yang dikehendaki-Nya dan mewajibkan kepadanya shalat lima waktu. Semula Allah mewajibkan shalat lima puluh waktu, tetapi Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam masih terus kembali kepada-Nya meminta keringanan sehingga akhirnya dijadikan lima waktu saja. Namun, walaupun yang diwajibkan lima waktu saja tetapi pahalanya tetap seperti lima puluh waktu, karena kebaikkan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Kepada Allah-lah kita haturkan puji dan syukur atas segala nikmat-Nya.

Tentang malam saat terjadinya Isra’ Mi’raj itu tidak ada keterangan ketentuannya dalam hadits shahih. Semua riwayat mengenai ketentuannya bukan berasal dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, menurut para ahli ilmu hadits. Hanya Allah yang mengetahui segala hikmahnya bila manusia lupa akan malam tersebut.

Andaikata ada hadits shahih yang menetapkan malam Isra’ Mi’raj, tetaplah tidak boleh bagi kaum muslimin mengkhususkan malam itu dengan ibadah-ibadah tertentu. Maka mereka tidak boleh mengadakan acara peringatan apapun, karena Rasulullah shalallahu ‘alaihin wa sallam dan para shahabat tidak pernah mengadakan suatu acara peringatan dan tidak pula mengkhususkan ibadah apapun pada malam tersebut.

Jika acara peringatan Isra’ - Mi’raj disyari’atkan, pasti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskannya kepada umat, baik melalui ucapan maupun tindakan. Begitu pula, jika pernah dilakukan oleh beliau, pasti diketahui dan dikenal, dan tentunya disampaikan oleh para sahabat Radhiyallahu ‘Anhum kepada kita. Karena mereka telah menyampaikan dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam segala sesuatu yang dihajatkan umat. Mereka tidak pernah mengabaikan urusan sedikitpun dalam agama. Bahkan mereka adalah para pemuka dalam segala kebaikan. Maka, andaikanta acara peringatan malam Isra’ - Mi’raj ada tuntunannya, niscaya para sahabat Radhiyallahu ‘Anhum akan lebih dahulu melaksanakannya.

Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling tulus terhadap umat manusia, beliau telah menyampaikan risalah dan menjalankan amanat dengan sempurna. Oleh karena itu, andaikata mengagungkan dan memperingati malam Isra’ - Mi’raj termasuk ajaran agama Islam, tentu tidak akan dilupakan dan disembunyikan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, karena hal itu tidak ada jelaslah bahwa memperingati dan mengagungkan malam tersebut bukan berasal dari ajaran Islam sama sekali. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyempurnakan agamaNya bagi umat ini, mencukupkan nikmatNya kepada mereka, dan menolak siapa saja yang berani mengadakan bid’ah (perkara baru) dalam agama yang tidak dibenarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya): "… Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu sebagai agama bagimu …". (Al-Ma’idah : 3)

"Apakah mereka mempunyai sesembahan-sesembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tidak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tetntulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu akan memperoleh adzab yang amat pedih". (Asy-Syura : 21)

Dalam hadits-hadits shahih Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pun telah memperingatkan kita agar waspada dan menjauhkan diri dari bid’ah, serta beliau menjelaskan bahwa bid’ah itu sesat. Hal itu dimaksudkan menjadi peringatan bagi umatnya agar mereka menjauhinya dan tidak mengerjakannya, karena bid’ah itu mengandung bahaya yang sangat besar. Antara lain, diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya): "Barangsiapa mengada-adakan (sesuatu hal baru) dalam urusan (agama) kami, yang bukan merupakan ajarannya, maka akan ditolak".

Dalam riwayat Muslim disebutkan (artinya): "Barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang tidak kami perintahkan, maka (perbuatan) itu tertolak".

Diriwayatkan dalam Shahih Muslim, dari Jabir Radhiyallahu ‘Anhu, katanya (artinya): "Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasehati kami dengan nasehat yang amat menyentuh, hati menjadi bergetar dan air mata berlinang karenanya. Maka kami berkata kepada beliau : "Wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, seakan-akan nasehat ini seperti nasehat orang yang akan berpisah, maka wasiatkanlah kepada kami". Beliau pun bersabda : "Aku wasiatkan kepada kalian agar selalu bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta patuh dan ta’at. Walaupun orang yang memerintah kalian itu seorang hamba (budak). Karena, sesungguhnya barangsiapa di antara kalian masih hidup akan menjumpai banyak perselisihan. Maka berpegang teguhlah kalian pada sunnahku dan sunnah para khulafa’ rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku. Peganglah dan gigitlah dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah hal-hal baru (dalam agama), karena setiap hal baru itu bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat"." (Hadits riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Dan masih banyak hadits-hadits yang semakna dengan ini.

Para sahabat Radhiyallahu ‘Anhum dan salaf shaleh juga telah memperingatkan kita agar waspada terhadap bid’ah serta menjauhinya. Hal itu, tiada lain, karena bid’ah merupakan tindakan menambahi agama dan syariat yang tidak diperkenankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu kaum Yahudi dan Nasrani, dalam tindakan mereka menambahi agama dan mengadakan hal-hal baru yang tidak ada dasar perintahnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selain itu, berbuat bid’ah berarti menuduh agama Islam kurang lengkap dan tidak sempurna. Ini jelas merupakan kebatilan besar dan kemungkaran keji, serta bertentangan dengan firman Allah ‘Azza wa Jalla (artinya): "… Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu,…". (Al-Maidah : 3).

Juga bertentangan dengan hadits-hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang memperingatkan kita dari perbuatan bid’ah dan agar menjauhinya.

Kami berharap semoga dalil-dalil yang telah kami sebutkan tadi cukup dan memuaskan bagi mereka yang mencari kebenaran dalam mengingkari bid’ah ini, yakni bid’ah peringatan malam Isra’ - Mi’raj, dan supaya kita sekalian waspada terhadapnya, karena sesungguhnya hal itu bukan dari ajaran Islam sama sekali.

Oleh karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan saling menasehati terhadap sesama muslim dan menerangkan apa-apa yang disyariatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka dalam agama serta mengharamkan penyembunyian ilmu, maka kami memandang perlu untuk mengingatkan saudara-saudara kami dari perbuatan bid’ah ini yang telah menyebar di berbagai belahan bumi, sehingga dikira sebagian orang sebagai ajaran dari agama.

Hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kita memohon, semoga Dia berkenan memperbaiki keadaan kaum muslimin semuanya, memberikan kepada mereka pemahaman dalam agama, melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk berpegang teguh dengan kebenaran dan menetapinya, serta meninggalkan segala yang bertentangan dengannya. Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Pemberi dan Berkuasa atas itu semua.

Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba dan Rasul-Nya Nabi Kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga dan para sahabatnya.

Dikutip dari terjemah tulisan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Dinukil dari Kitabnya At-Tahdziru Minal Bida’

Judul Asli: Peringatan Isra’ M’iraj Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam
Sumber: www.salafy.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar